, ,

Intip Mahirnya Penenun di Kampung Tenun Sulaa Baubau Sulawesi Tenggara, Belajar Turun Temurun

oleh -53 Dilihat

Bau Bau – Intip Mahirnya Penenun di Kampung Tenun Sulaa Baubau Sulawesi Tenggara, Belajar Turun Temurun. Mengintip suasana Kampung Tenun Sulaa, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Kampung Tenun Sulaa terletak di dalam lorong dekat Dermaga Topa, tempat kapal penyeberangan menuju Siompu, dan Kadatua. Jaraknya dengan Pelabuhan Murhum sekira 10,1 kilometer (km), waktu tempuh 24 menit berkendara motor atau mobil. Galeri tenun ini berdiri di atas pantai berpasir putih, sehingga tidak hanya dapat berwisata melihat tenun tetapi juga keindahan laut yang biru kehijauan.

Jika sedang pasang, galeri ini berdiri tepat di atas air sementara jika surut berada di atas hamparan pasir putih. Para penenun ialah ibu-ibu Kelurahan Sulaa yang mendapatkan keahliannya secara turun temurun. Penenun, Musida mengatakan dirinya mendapat keahliannya setelah belajar dari ibunya. “Saya bisa turun dari ibu, karena mama dulu menenun jadi belajar mi,” ujarnya, Minggu (26/10/2025).

Kata dia, aktivitas menenun di galeri berlangsung setiap hari serta terdapat giliran kelompok. “Kita ini dikelompokkan dalam Kelompok Pesona Nirwana, anggota kami juga masih utuh dengan produksi masih lancar serta melakukan aktivitas menenun mulai pukul 8 pagi hingga 4 sore,” jelasnya. Berkunjung ke Kampung Tenun Sulaa, wisatawan akan disuguhkan aktor aksi langsung pembuatan tenun.

Cara tradisional masih tampak dilakukan para penenun.

“Untuk motif sudah ada pengembangan, dari pelatihan untuk pengembangan motif dulu hanya motif lurik sekarang sudah ada motif seperti ikan dole dan lainnya,” ucap Musida. Kata dia, mereka masih menyediakan motif tradisi seperti Akhirina Ashara, Baralu, Bhuncana Kaluku, Bulamalaka, Buruna Gola, Dalima Mabongko, Jempaka Biru dan lainnya.

Baca Juga : Gubernur Sulawesi Tenggara Santuni Rp100 Juta, Suapi Anak Yatim Saat Pekandeana Ana Maelu di Baubau

Intip Mahirnya Penenun
Intip Mahirnya Penenun

“Kurang lebih ada sekitar 40 macam motif tradisi yang namanya juga sudah turun-temurun diberikan,” ujarnya. Dalam sarung tradisi terdapat perbedaan motif lurik yakni untuk laki-laki menggunakan garis mendatar sementara perempuan membentuk kotak-kotak.

Kampung Tenun Sulaa tidak hanya sebagai tempat wisata, sarung yang dipajang dapat dibeli dengan harga dimulai Rp800 ribu bukan bahan katun sementara dengan bahan katun dibanderol mulai dari Rp1,5 juta. “Bahan katun mahal sebab kami warnai sendiri menggunakan pewarna alami, kalau yang satunya pewarna yang dibeli dari toko,” jelasnya.
Untuk pemesanan dapat dilakukan jauh hari sebelum pemakaian, sebab jika motif pesanan cukup susah pembuatan bisa memakan 12-15 hari pengerjaan.

Musida juga berpendapat, profesi penenun banyak tidak digandrungi anak muda. “Sekarang generasi muda itu sudah banyak yang tidak mau belajar ini semua rata-rata 30-an ke atas umurnya,” ujarnya. Ia berharap ke depannya tenun masih terus mendapatkan dukungan penuh serta minat anak muda meningkat untuk belajar menenun.

 

Shoppe Mall

No More Posts Available.

No more pages to load.